Jumat, 20 Februari 2009

TIPS MEMPEROLEH BEASISWA

Oleh : Arif W Geologi UNSOED

Berikut ini adalah beberapa teknik-teknik
mendapatkan sekolah untuk jenjang S2 dan S3 'gratis' di luar negeri.

Pengantar

Bagaimana caranya bisa bersekolah 'gratis' di luar negeri. Perlu diberikan tanda kutip pada 'gratis' karena sebenarnya tidak 100% modal dengkul.
Dalam beberapa kasus, at least kita harus bekerja terlebih dahulu untuk
mengumpulkan uang untuk tiket pesawat + biaya hidup bulan pertama, dan situasi
mungkin tidak memungkinkan kita untuk berkeluarga terlebih dahulu.

Jenis beasiswa yang akan saya utarakan pertama adalah
jenis beasiswa yang kansnya tinggi untuk mendapatkannya. Biasanya beasiswa jenis
ini adalah beasiswa jenis riset, dan untungnya, hampir semuanya tanpa ikatan
dinas. Untuk beberapa jenis beasiswa, mereka lebih senang kalau sang pelamar
bekerja untuk institusi pendidikan, lembaga penelitian, atau LSM.

Satu rule of thumb yang patut dihayati adalah: 'kita
harus berkelat-kelit untuk mendapatkan beasiswa S2, tapi relatif jauh lebih
mudah untuk mendapatkan beasiswa S3'. Makanya jika Anda mengejar waktu,
sebaiknya ambil dulu S2 di Indonesia, sambil juga melamar S2/S3 di tempat lain.
Kalau dapat S2 gratis di luar negeri, ya yang di Indonesia ditinggal saja.

Daftar Beasiswa Berdasarkan Negara

Secara umum, beasiswa ini memiliki karakteristik:

  • tidak memiliki ikatan dinas sama sekali
  • mahasiswa harus mengerjakan penelitian sesuai
    minatnya, dan sekaligus sebagai thesisnya


1. Belanda

Sama persis dengan Jerman, hanya saja nama lembaga
penyalur informasi pendidikannya adalah Netherlands Education Center (NEC). Di Jakarta lokasinya di Gedung Patra Jl.Gatot Subroto, Kuningan. Kantornya
bersebelahan dengan kantor kamar dagang Belanda di Indonesia.

Sekolah di Belanda juga gratis, tapi yang international
programme biasanya tidak gratis. Pemerintah Belanda juga menyediakan skim
beasiswa yang saingannya lumayan banyak, namanya beasiswa TALIS.

NEC juga menyediakan informasi beasiswa tahunan yang
disediakan langsung oleh universitas-universitas di Belanda. Selain itu ada juga
program-program internasional yang berbahasa Inggris. Sayangnya untuk level S2
(Drs, Ir.), beasiswa kelas-kelas berbahasa Inggris itu biasanya cuma 1/2 uang
tution fee dan sulit mendapatkannya.

Untuk S3, gratis dan digaji, sama seperti Jerman.

Informasi lebih lanjut bisa hubungi:

Netherlands Education Centre
Citra Graha 7th floor, suite 703
Jl. Jend. Gatot
Subroto kav. 35-36
Jakarta 12950
Indonesia
Phone (62 21) 5200453, 5201085
Fax (62 21) 5200457
E-mail: necjkt@ibm.net


2. Kanada

Sama seperti Amerika Serikat, dan banyak diantara mereka
tidak memerlukan GRE Subject Test. Meskipun ada Canadian Education Centre (CEC)
di World Trade Center, Jl.Jendral Sudirman, tapi saya pikir cukup ke website
universitasnya saja.

3. Jerman

Di negara-negara Eropa daratan (excluding British),
biasanya tidak mengenal program bachelor (S1), karena bachelor adalah pola
pendidikan Anglo-Saxon. Yang bisa dibilang dekat dengan S1-nya adalah
program-program politeknik. Nah, oleh karena itu lulusan S1 Indonesia harus
diupgrade agar sama dengan lulusan uni Eropa daratan, yakni Doktorandus (Drs),
Diplom (Dipl) atau Licente (Lc). Gelar kesarjanaan ini sama dengan S2.

Seperti banyak kita ketahui, universitas-universitas di
Jerman sama sekali tidak memungut biaya. Tapi tentu saja kita harus memiliki
sumber pendanaan untuk biaya hidup.

DAAD (www.daad.de) adalah lembaga Jerman yang menyediakan informasi
pendidikan dan juga informasi beasiswa di Jerman. Kantornya di Jakarta berlokasi
di Gedung Sumitmas II, Jl.Jendral Sudirman, di depan Depdikbud. Mereka memiliki
program beasiswa setiap tahun. Skim beasiswa yang disediakan DAAD mencakup S2,
S3, sandwich program, riset 3-6 bulan, dan juga postdocotoral research. Tiket
pesawat disediakan. Kalau dapat beasiswa dari DAAD, bisa modal dengkul.

Ada pula beasiswa dari industri seperti dari Siemens
besarnya 1200 DM. Tidak harus pegawai negeri.

Untuk belajar di Jerman tidak harus melalui DAAD. Kalau
untuk S3, setiap mahasiswa S3 pasti mendapatkan beasiswa. Jadi bisa saja setelah
Anda lulus S2, Anda langsung mencari universitas di Jerman yang kebetulan ada
profesor yang bidangnya sama dengan bidang peminatan Anda, dan melamar. Tapi
tentu Anda akan butuh mencukupi sendiri biaya hidup 1 bulan dan tiket pesawat ke
Jerman.

Untungnya, berbeda seperti di AS dan Kanada, biasanya di
Jerman, Belanda, Austria, Belgia dan Switzerland, tidak memiliki kewajiban jadi
teaching assistant atau research assistant. Kalaupun ada biasanya cuma 1 session
tutorial per minggu. Tidak berat sama sekali. Kalaupun kita disuruh menulis
paper, itu juga biasanya untuk kepentingan kita juga. Gaji (atau katakanlah
beasiswa) kita cukup sekali untuk hidup.

Jangan lupa kontak profesornya dahulu (sama dengan cara
yang di AS). Kirimkan pula statement of purpose dan research plannya. Kalau
perlu diskusikan dahulu research plannya (biar cocok dengan pembimbingnya)
sebelum mendaftar ke universitasnya.

Isi research plan itu standar-standar saja: latar
belakang masalah, problem, metodologi penelitan, bagaimana kamu kira-kira akan
memecahkan masalah tersebut, dll. Garis besarnya saja, asal bisa memberikan
gambaran apa yang akan Anda teliti.

Saya sarankan untuk mengambil kursus bahasa Jerman di
Goethe Institute, karena paling sedikit ada 3 negara yang menyediakan beasiswa,
menggunakan bahasa Jerman, yakni Jerman, Switzerland dan Austria. Peluang
beasiswa menjadi meningkat. Sudah begitu, kalau sudah bisa Jerman, belajar
bahasa Belanda jadi gampang sekali.

Sebenarnya kalau Anda menempuh S3, dalam realitanya
tidak harus menggunakan bahasa Jerman saat berdiskusi dengan peer atau profesor.
Hal ini karena tidak banyak orang yang mau mengikuti program S3, dan biasanya
universitas itu yang 'membutuhkan' mahasiswa S3. Cuma, untuk meningkatkan
probabilitas mendapatkan beasiswa, kenapa tidak belajar bahasa Jerman?

4. Amerika Serikat

Biasanya sekolah sekolah bagus di Amerika Serikat,
(katakanlah top 50 pada bidangnya) sering memberikan beasiswa yang disebut
stipend, meskipun baru mahasiswa S2. Besarnya stipend sekitar US$1000-1400,
tergantung lokasi. Yang jelas cukup sekali untuk hidup. Mahasiswa yang menerima
stipend itu, juga tidak perlu membayar uang sekolah (tuition fee). Lamanya
stipend adalah per semester, tapi saat summer biasanya diberikan pekerjaan lain
di universitas (mostly guaranteed). Kalau sedang sial (jarang sekali), tidak
dapat assistantship untuk semester itu, ya pulang saja ke Indonesia dahulu.

Syarat penting mendapat beasiswa adalah harus mau
menjadi teaching assistant atau research assistant. Teaching assistant bertugas
membantu proses belajar-mengajar di kelas, seperti fotokopi, setup komputer di
lab untuk kelas itu, memeriksa tugas-tugas, dan memberikan tutorial di luar jam
kelas. Sedangkan research assistant bertugas membantu professor di lab, seperti
membuatkan program untuknya, mengatur laboratioriumnya, membuat dokumentasi
riset dan sebagainya. Mahasiswa selain melakukan penelitian, juga masih
diwajibkan untuk mengambil coursework (kelas).

Memang harus diakui bahwa ada beberapa sekolah terkenal
yang hanya memberikan jaminan beasiswa kepada mahasiswa S3. Untungnya, di AS,
mahasiswa S1 bisa langsung masuk program S3, dimana di tengah-tengah perjalanan
menumpuh S3 itu ada sertifikat bahwa ybs sudah melampaui jenjang S2. Jadi bisa
ngerti sendirilah ... :-p

Untuk mendaftar ke pendidikan pascasarjana ke AS,
biasanya mereka mengharuskan pelamar memberikan hasil nilai TOEFL dan GRE
General Test resmi dari ETS (www.ets.org). Beberapa universitas terkemuka juga mengharuskan
mengambil GRE Subject Test, misalnya GRE Computer Science, GRE Biology, GRE
Economics, dan sebagainya. Di Jakarta, cabang ETS terletak di Menara Emporium,
Jl.Rasuna Said, Kuningan. Biaya TOEFL sekitar US$60, GRE sekitar US$120. Kalau
punya TOEFL > 580 (standar nilai lama) dan GRE General Test > 1750 saya
sarankan pergi ke AS.

Bahkan, saya sarankan untuk mendaftar di top 20 jika
memiliki GRE > 1900. Go for it!

Pelamar dapat mendownload formulir pendaftaran langsung
dari website universitas tersebut. Dalam formulir pendaftaran itu, biasanya ada
pertanyaan dari mana sumber pendanaan untuk kuliah nanti. Pilihlah option untuk
'menggantungkan sepenuhnya pada universitas dengan stipend assistantship'. Biaya
pendaftaran biasa antar US$30-$60.

Kemudian mereka biasanya menyuruh kita untuk membuat
statement of purpose. Tujuan dari statement of purpose adalah untuk meyakinkan
bahwa Anda layak dapat beasiswa. Anda harus menunjukkan 'kemampuan' Anda, jangan
malah merendahkan diri! Statement of purpose isinya:

  1. mengapa kita ingin melakukan pendidikan tinggi
  2. bidang peminatan kita apa, kalau bisa tunjukkan
    sedikit pengetahuan Anda mengenai 'trend' di bidang riset itu.
  3. mengapa kita ingin melakukan riset di bidang itu
  4. kalau sudah selesai mau jadi apa dan mau bekerja di
    mana (akademisi, industri, profesional, etc.) sebagai apa

Selain itu Anda sebaiknya juga menceritakan:

  1. kalau mungkin, tunjukkan bahwa Anda memiliki
    kompetensi di bidang itu (jadi memang ada baiknya dari sekarang Anda sudah
    memiliki bidang yang fokus).
  2. tunjukkan bahwa Anda bisa menjadi asisten pada mata
    kuliah S1 apa saja (jika jadi teaching assistant). Tapi jelaskan pula bahwa
    Anda bisa 'fleksibel'.

Karena biasanya statement of purpose itu harus singkat
dan lugas (sekitar 1/2 halaman, max 1 halaman), kalau perlu Anda menceritakan 2
point di atas di luar statement of purpose. Tapi kalau masih muat, ya masukkan
saja dalam statement of purpose.

Sebelum mendaftar, ada baiknya jika Anda memastikan
terlebih dahulu bahwa bidang Anda minati, ada profesor yang memiliki minat yang
kurang lebih sama di universitas itu. Sebaiknya, bercakap-cakap dahululah dengan
profesor tersebut, katakan bahwa saya tertarik untuk melakukan riset. Tanyakan
pula apakah dia berminat mengambil Anda menjadi mahasiswanya. Jangan lupa cari
muka sedikit :-). Hal ini akan sedikit memperlicin jalan saat seleksi mahasiswa
baru. Sekedar info, biasanya universitas di AS tidak meminta research plan yang
kongkrit, karena baru saat di sana nanti merencanakan riset.

By the way, sebelum pergi ke AS, kita juga harus
memiliki persediaan uang selama satu bulan ($1500+), plus tiket pesawat ke
Amerika Serikat.(sekitar $700).

5. Austria & Swiss

Secara umum sama seperti Jerman. Tiap tahun kedutaan
Austria dan Switzerland juga menyediakan beasiswa, namun berbeda dengan Belanda
dan Jerman, mereka tidak menyediakan beasiswa S2 sama sekali. Yang mungkin
adalah gelar S2 dari Indonesia, tapi sandwich di sana (penelitian 6 bulan - 1
tahun). Tapi tentu masih mendapat sertifikat. Selain itu tentunya beasiswa dari
kedutaan Austria dan Switzerland juga ada yang untuk S3. Semuanya lengkap dengan
tiket pesawat dan ongkos hidup. Practically bisa dengan modal dengkul kalau
dapat beasiswanya.

Saat interview di kedutaan biasanya akan ditanya hal-hal
yang sama seperti dalam statement of purpose dan research plan. Di kedutaan
Swiss juga ada test bahasa, sekedar untuk menguji saja, toh nanti juga
disekolahkan di sekolah bahasa di Swiss sebelum masuk kuliah. Tergantung Anda
memilih sekolah di mana, ada universitas di Swiss yang berbahasa Perancis,
seperti misalnya di Geneva. Tapi kalau di sebelah utara dan timur, umumnya
berbahasa Jerman.

Anda juga bisa daftar langsung ke universitas yang
bersangkutan, terutama untuk program S3, dengan cara sama seperti Jerman &
Belanda. Gratis dan digaji juga.

E-mail kedutaan besar Swiss (di Jl.Rasuna Said, dekat
Erasmus Huis): swiemjak@rad.net.id


6. Jepang

Sebenarnya kalau sampai di Jepang sana, cukup banyak
beasiswa, namun sayangnya tidak banyak yang full membiayai uang kuliah dan biaya
hidup. Bahkan untuk S3 saja juga harus bayar.

Pemerintah Jepang menyediakan juga beasiswa Monbusho
kepada orang-orang Indonesia. Ada dua jenis beasiswa Mombusho. Yang pertama
pelamar harus pegawai negeri atau dosen. Melalui jalur ini, pelamar kalau lolos
seleksi akan dicarikan pembimbing/profesor yang cocok sesuai minat. Sedangkan
yang satu lagi sang pelamar harus aktif mencari sang profesor, dan menanyakan
apakah si profesor tersebut bersedia menjadi pembimbing riset pelamar. Klik di
sini untuk informasi lengkap mengenai beasiswa Monbusho.

Di kedutaan Jepang Jl.MH Thamrin, terdapat perpustakaan
yang berisi informasi pendidikan tinggi di Jepang.

Informasi mengenai beasiswa di Jepang di bawah ini saya
dapatkan dari rekan saya Rahmat:

a. INPEX Foundation

Beasiswa ini untuk melanjutkan S2 di Universitas Jepang.
Beasiswa ini tidak mengikat (tidak ada ikatan dinas). Test dan sistem seleksinya
diadakan di Indonesia. Beasiswa ini mengcover juga tiket pp Indonesia - Jepang.
Pendaftaran dibuka dari tanggal 1 Agustus dan deadline penyerahan dokumen
tanggal 15 Nopember. Besarnya beasiswa 160.000 yen/bulan. Uang kuliah, uang
pendaftaran, uang ujian masuk ditanggung semua oleh
sponsor. Formulir applikasinya bisa di dapat di alamat berikut :
14 F Ebisu Neorato 4-1-18 Ebisu, Shibuya-ku, Tokyo 150-0013
JAPAN

b. The OKAZAKI Kaheita International Scholarship
Foundation

Beasiswa ini untuk melanjutkan S2 di Universitas Jepang.
Beasiswa ini tidak mengikat (tidak ada ikatan dinas). Test dan sistem seleksinya
diadakan di Indonesia. Beasiswa ini mengcover juga tiket pp Indonesia - Jepang.
Formulir applikasinya bisa di dapat di alamat berikut :
3-2-5 Kasumigaseki, Chiyoda-ku, Tokyo 100-0013 JAPAN

c. The Hitachi Scholarship

Beasiswa ini bisa untuk S2 ataupun S3. Syaratnya harus
alumni dari ITB, UI, UGM, IPB dan formulir bisa diambil dan ditanyakan dari
rektorat masing-masing universitas tsb diatas. Beasiswa ini juga mengcover tiket
pp Indonesia - Jepang, uang kuliah, uang pendaftaran, uang ujian masuk,
perumahan ditanggung juga, dan uang beasiswa 180.000 yen/bulan.
Informasi lebih
lanjut bisa di dapat di :
1-5-1 Marunouchi,
Chiyoda-ku, Tokyo 100-0005 JAPAN

d. Matsushita Electric Industrial Co., Ltd

> Panasonic Scholarship Beasiswa ini untuk melanjutkan S2
di Universitas Jepang. Tidak ada ikatan dinas dalam beasiswa ini. Pendaftaran
dibuka bulan February - Maret. Beasiswa ini juga mengcover tiket pp Indonesia -
Jepang. Uang kuliah, uang
pendaftaran, uang ujian masuk
ditanggung oleh sponsor, uang beasiswa 200.000 yen/bulan.
Informasi lengkap lihat di
href="http://www.panasonic.co.id/">http://www.panasonic.co.id/
atau kontak e-mail :
href="mailto:PAN11311@pas.mei.co.jp">PAN11311@pas.mei.co.jp
Panasonic
Scholarship, Matsushita Electric Industrial Co., Ltd
1006 Kadoma Osaka, 571-8501 JAPAN

e. Beasiswa dari Aichi Prefecture, Aichi
Scholarship

Beasiswa ini untuk melanjutkan S2 di Universitas Jepang.
Tidak ada ikatan dinas dalam beasiswa ini. Deadline penyerahan application 20
Mei. Syarat yang harus dipenuhi, Universitas yang dipilih harus berada di Aichi
Prefecture. Uang kuliah, uang pendaftaran, uang ujian masuk ditanggung oleh
sponsor, uang beasiswa 185.000 yen/bulan.
Informasi lebih lanjut bisa di dapat
di : Aichi Prefectural Office, 3-1-2 Sannomaru, Naka-ku, Nagoya-shi, Aichi
460-01 JAPAN

f. The Japan Securities Scholarship Foundation

Beasiswa ini untuk melanjutkan S2 di Universitas Jepang.
Tidak ada ikatan dinas dalam beasiswa ini. Application dari bulan Januari sampai
Mei. Beasiswa mengcover tiket pesawat, Uang kuliah, bantuan biaya perumahan
(apartemen), dan uang beasiswa bulanan sebesar 120.000 yen. Beasiswa ini
diberikan buat jurusan Social Science, Humanities. Informasi lebih lanjut bisa
di dapat di :
Tokyo Shoken Building
5-8 Kayabacho, 1-chome, Nihonbashi, Chuo-ku, Tokyo
103-0025 JAPAN


7. Singapura

Singapura memiliki dua universitas 'negeri', yakni
National University of Singapore (NUS), dan yang lebih baru yakni Nanyang
Technological University (NTU). Memang harus diakui bahwa NUS bukan sekolah
'bule' (meskipun banyak pengajarnya dari manca negara), tapi peringkat NUS
selalu berada di top 10 universitas di Asia, dan selalu diatas seluruh
universitas Australia. Meskipun untuk orang awam seolah-olah tidak membanggakan
(karena bukan sekolah bule), namun reputasi internasional NUS memudahkan
mahasiswanya dan lulusannya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi lagi.

Beasiswa yang disediakan oleh pemerintah Singapura
melalui kedua universitas itu ada yang berbasis coursework (sulit masuknya,
saingannya ketat dari seluruh ASEAN), dan ada lagi yang berbasis riset S2/S3
(lebih mudah). Untuk mendapatkan beasiswa berbasis riset, dalam formulir
pendaftaran (download dari www.nus.edu.sg atau www.ntu.edu.sg) juga lampirkan proposal riset (research plan). Bahkan
kadang-kadang bisa tanpa proposal riset, dengan cara bercakap-cakap dengan
profesornya terlebih dahulu (via e-mail) dan meminta sang profesor memberikan
alternatif research plan. Pokoknya asal menunjukkan minat melakukan
penelitian.

Beasiswa (gaji) bulanan yang diterima adalah SG$1400,
tanpa tiket pesawat (kecuali yang ASEAN scholarship). Biaya hidup bulanan (hidup
enak) sekitar SG$1000, jadi masih bisa menabung SG$400 per bulannya.

8. Australia & Inggris

Seperti
kita ketahui Australia menyediakan beasiswa tahunan AusAID yang saingannya
berjibun. Pusat informasi pendidikan Australia adalah IDP, berlokasi di
Jl.Rasuna Said.

Sedangkan Inggris juga menyediakan beasiswa S2 dan S3
tahunan (British Chivening) yang pelamarnya banyak sekali. Informasi tersebut
bisa didapatkan di British Council, Widjojo Centre. Beasiswa diberikan kepada
80% pegawai negeri dan 20% swasta.

Perlu diberitahukan juga bahwa di British Council
tersebut juga sering ada pengumuman beasiswa untuk S2/S3, hanya saja sayangnya
hampir semua beasiswa tersebut parsial (misalnya 1/2 uang tuition).

Australia dan Inggris adalah negara-negara yang terkenal
pelit dalam soal beasiswa, mentang-mentang pakai bahasa Inggris. Kasarnya,
mereka mengkomersilkan pendidikan. Bahkan untuk S3, harus bayar. Kalaupun ada
program beasiswa, saingannya banyak sekali.

Tapi jangan putus asa. Kalau ada kemauan, maka ada
jalan. Beberapa universitas di Australia, menyalurkan beasiswa riset dari
pemerintah Australia untuk jenjang S2/S3 terbatas kepada pelamar internasional
(bukan AusAID), termasuk biaya hidup (tanpa tiket pesawat dan settlement cost).
Hanya saja saingannya lumayan banyak, meskipun tidak seketat AusAID. Dalam
formulir pendaftaran yang biasanya bisa didownload langsung dari website
universitas, jangan lupa cantumkan statement of purpose dan research plan.

Tapi saya juga pernah ditawari untuk mengajar program
bachelor di Australia (mungkin saat itu mereka sedang kekurangan dosen),
sekaligus mengambil program S3. Jadi ada kans untuk mengajar atau jadi tenaga
peneliti, sekaligus mengambil S3. Tinggal pintar-pintarnya kita saja membujuk
mereka agar mau mengambil kita. Manfaatkan kunjungan-kunjungan lembaga
pendidikan Australia ke Indonesia untuk merekrut mahasiswa S1, untuk mencari
kemungkinan S3 sekaligus bekerja di universitas itu.

Kemudian University of Cambridge (href="http://www.cambridge.ac.uk">www.cambridge.ac.uk)
juga menyediakan beasiswa lepasan tanpa ikatan dinas.

1 komentar:

  1. http://www.aksesgratis.com/?id=ZULGOLDEN
    berinternet tanpa batas....walaupun pulsa hp anda abis

    BalasHapus