Jumat, 20 Februari 2009

GUNUNG SLAMET







Keterangan :

Nama Kawah : K1, K2, K3 dan K4 Type :

Strato Letak : Kabupaten Purbalingga, Banjarnegara dan Brebes

Tinggi : 3432 mdpl

Posisi Geografi : 7 0 - 14,30 0 LS dan 109 0 - 12,30 0 BT

Geomorfologi

Geomorfologi G. Slamet dapat dibedakan menjadi dua bentuk bentang alam atau morfologi yang sangat berbeda yaitu, dibagian barat memperlihatkan bentuk morfologi yang tidak beraturan dengan relief kasar, sedangkan di bagian timur merupakan morfologi kerucut vulkanik dengan bentuk lereng yang teratur. Pada kaki bagian timur G. Slamet, sedikitnya dijumpai 20 kerucut sider.

Pola aliran sungai umumnya mengikuti bentuk morfologi ini, di sebelah barat yang mempunyai relief kasar dan morfologinya tidak teratur, membentuk pola aliran sungai dendritk. Pada morfologi kerucut gunungapi membentuk pola aliran sungai radial dengan memusat ke arah puncak.

Berdasarkan bentuk bentang alam, dan tingkat erosinya, daerah G. Slamet dibagi menjadi beberapa satuan morfologi, yaitu :

1. Satuan morfologi perbukitan tidak teratur, menempati bagian barat dan baratdaya lembar peta, terdiri dari punggungan yang tidak teratur dan beberapa puncak yang meruncing. Satuan morfologi ini dibagi menjadi dua sub satuan morfologi, yaitu sub satuan morfologi relief kasar dan relief halus.

a) Sub satuan morfologi berelief kasar dicirikan oleh lereng yang terjal dan lembah yang dalam disertai dengan puncak meruncing. Sub satuan ini menempati bagian baratlaut dan selatan lembar peta, puncak-puncaknya antara lain G. Cowet, G. Pendiara, G, Batur, G. Sembung dan puncak lainnya. Satuan ini umumnya disusun oleh lava yang berkomposisi andesit, sebagian ditutupi oleh endapan tefra dari G. Slamet tua dan G. Slamet muda.

b) Sub satuan morfologi berelief halus, menempati bagian tengah dari satuan morfologi perbukitan tidak teratur, terdiri dari punggungan memanjang dengan puncak membulat serta lembah-lembah melebar. Satuan ini disusun oleh endapan tefra dari G. Slamet, pada sayatan sungai dijumpai singkapan lava dengan komposisi andesit.

2. Satuan morfologi kerucut gunungapi, menempati bagian timur lembar peta dan merupakan tubuh G. Slamet itu sendiri. Satuan morfologi ini dipisahkan menjadi empat sub satuan morfologi, yaitu sub satuan morfologi puncak, tubuh, kaki dan kerucut sinder.

a) 2.1. Sub satuan morfologi puncak menempati daerah puncak G. Slamet mulai dari ketinggian 2950 m dpl, terdiri dari lava dan endapan piroklastik. Pada bagian puncak terdapat empat buah dinding kawah, dua diantaranya merupakan kawah yang masih aktif saat ini, yaitu kawah III dan IV.

b) 2.2. Sub satuan morfologi tubuh menempati lereng sebelah utara, selatan, timur dan sedikit di sebelah barat dengan lereng yang lebih landai. Satuan ini tersusun dari lava dan piroklastik, semakin ke arah puncak piroklastiknya semakin tebal, sedangkan pada torehan sungai dijumpai lava. Di bagian timur satuan ini dijumpai kerucut - kerucut sinder yang jumlanya lebih dari 20 buah.

c) 2.3. Sub satuan morfologi kaki tersebar mengelilingi G. Slamet, terutama daerah selatan dan sedikit utara, mempunyai lereng landai hampir datar dengan relief halus, merupakan daerah persawahan dan perkebunan tebu. Daerah ini umumnya ditutupi oleh bahan rombakan dari G. Slamet, berupa lahar di bagian selatan dan tenggara, serta lava basalt di bagian utara.

d) 2.4. Sub satuan morfologi kerucut sinder, terdapat di lereng timur kerucut G. Slamet. Kerucut sinder ini tersebar dalam radius 5 km, merupakan bukit-bukit kecil berbentuk bukt terpancung yang dibangun oleh bahan - bahan lepas berupa skorea dengan ukuran bom dan lapili. Bukit - bukit ini muncul secara berkelompok atau sendiri, berbentuk bulat atau lonjong, dengan bekas lubang letusan berbentuk lungkaran atau tapal kuda.

3. Satuan morfologi dataran, menempati daerah sebelah utara bagian barat dan sebelah selatan lembar peta. Daerah ini merupakan hamparan dataran yang umumnya dijadikan daerah pemukiman dan dan pertanian yang subur. Satuan ini disusun olehj endapan hasil erosi dari G. Slamet tua maupun muda dan batuan sedimen di sekitarnya.

Stratigrafi

Endapan batuan hasil erupsi G. Slamet dari tua sampai muda semuanya berumur Kuarter, menutupi batuan sedimen berumur Tersier. Sebaran hasil kegiatan G. Slamet meliputi 5 Kabupaten dengan luas lebih kurang 1500 km2, yang terdiri dari endapan piroklastik, lava, lahar, awan panas dan endapan permukaan berupa aluvial dan fluvial.

Urutan stratigrafi G. Slamet dari tua ke muda selengkapnya adalah sebagai berikut : lava G. Cendana, lava G. Sembung, endapan aliran piroklastik batuapung Cikepuh, lahar kali Logawa, lava G. Mingkrik, lava Kalipagu, lava G. Slamet 1, endapan jatuhan pirolastik kerucut Angrun, lahar Bumijawa, endapan guguran Guci, endapan jatuhan piroklastik G. Slamet 1, lava G. Slamet 2, endapan aliran piroklastik G. Slamet 1, endapan jatuhan piroklastik kerucut Lompong, lahar kali Banjaran, endapan fluviatil Purbalingga, lava G. Slamet 3, lava Lebaksiu, aliran piroklastik G. Slamet 2, lahar kali Gung, endapan jatuhan prioklastik G. Slamet tua, endapan jatuhan piroklastik G. Slamet 3 dan kubah lava.

Struktur Geologi

Struktur geologi yang berkembang di daerah G. Slamet dan sekitarnya, umumnya berupa sesar normal yang banyak dijumpai pada kelompok Slamet Tua. Jejak-jejak sesar di lapangan dijumpai berupa breksiasi, gores garis sesar, zona hancuran, kelurusan bukit dan dan lembah, gawir yang lurus dan terjal serta kontak tajam antara satuan batuan.

Berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka struktur geologi di daerah G. Slamet dapat dibedakan menjadi 11 buah struktur sesar, yaitu sesar normal Jegjeg, sesar normal Pengasinan, sesar normal Mengger, graben Guci, sesar normal Sijampang, sesar normal Kalibuntu, sesar normal Gunungrataamba, sesar normal Karanggondang, sesar normal Kubangan, sesar normal Kalipagu dan sesar normal Ganting.



Pandangan umum pendakian

Gunung Slamet adalah gunung tertinggi (3432 M) di Jawa Tengah, disamping terkenal karena ketinggiannya, gunung yang terletak di sebelah utara kota Purwokerto dan sebelah barat kota Purbalingga ini juga mempunyai beberapa sumber air panas yang salah satunya adalah tempat rekreasi Baturaden (purwokerto). Untuk mencapai puncak slamet,

Biaya Ekspedisi

Rincian perjalanan dari Purwokerto - Bobotsari (serayu) Rp 3.000,- lalu Serayu - Pos Blambangan Rp.7.000,- Tiket Pendakian + Asuransi Rp 3.000

Waktu pendakian : 10 jam

Jalur Alternatif Pendakian

Batu Raden, Kalliwadas (Guci) dan Randudongkal (Pemalang)

ada beberapa rute pendakian yang dapat ditempuh diantaranya :

a) Blambangan (punggung timur)

b) Baturaden (punggung selatan)

c) Kaliwadas (punggung barat)

Dari beberapa rute pendakian yang ada, blambangan adalah rute yang paling banyak ditempuh oleh para pendaki, disamping karena jalur pendakian yang cukup aman, panorama yang ada sangat lengkap, dari pemandangan alam yang membentang ke timur sampai daerah Banjarnegara, juga banyaknya kera liar yang dapat ditemui dalam perjalanan menuju ke puncak slamet. Hanya waktu yang diperlukan untuk dapat mencapai puncak tidak secepat jalur baturaden. Perjalanan dimulai dari kota Purwokerto. Dari sini penulis menuju daerah yang dinamakan serayu (sebelah utara bobotsari), dengan menggunakan bis yang menuju ke kota Pemalang, dengan perjalanan sekitar 45 menit kami tiba di serayu dan melanjutkan perjalanan menuju meratin. Hanya ada satu angkutan yang tersedia yaitu angkutan pedesaan dengan kendaraan bak terbuka untuk dapat menuju meratin sebelum akhirnya sampai ke Blambangan. Untuk sebagai catatan di gunung ini juga hampir tidak ditemui mata air mengalir selama dalam perjalanan, jadi disarankan untuk membawa air minum yang cukup untuk pendakian. Blambangan merupakan desa terakhir dan merupakan pintu gerbang pendakian menuju puncak slamet dan di sinilah para pendaki memeriksa kembali perlengkapannya. Setelah menyelesaikan administrasinya di sini, pendakian menuju ke puncak Gunung Slamet dimulai. Meskipun gunung ini paling tinggi tapi ketinggian itu tidak terlalu terasa pada saat perjalanan, karena areal pendakian yang merupakan hutan yang masih perawan seakan lupa bahwa sedang mendaki gunung tertinggi di Jawa Tengah. Ditambah dengan bunyi binatang yang khas dan pemunculan kera yang jumlahnya tidak sedikit membuat perjalanan semakin menarik. Untuk mencapai puncak slamet dibutuhkan waktu antara 8 sampai 15 jam pada keadaan normal. Hutan-hutan yang asri akan hilang ketika sampai di tempat yang dinamakan Sanghyang Rangkah, dan berganti dengan semak-semak dan sesekali ditemui pohon khas pendaki atau pohon eidelweis dan buah khas pendaki (arbei). Semak - semak yang asri juga akan tiba-tiba menghilang tanpa bekas ketika sampai di Pelawangan (lawang = pintu) atau pintu menuju ke puncak slamet. Perjalanan akan semakin menarik sekaligus juga berbahaya ketika kita melalui pelawangan ini. Disamping hanya pasir dan batu dan sudut pendakian yang semakin membesar bahkan sekilas seperti mendaki tebing, di daerah ini sangat rawan kecelakaan karena di kanan kiri hanya ada jurang dan tidak ada satupun pohon untuk pegangan. Maka disarankan untuk para pemula agar ekstra hati-hati dalam mendaki daerah ini, bahkan untuk keadaan tertentu sebaiknya sambil merayap, karena pijakan kita bisa tiba-tiba longsor, karena medan yang dilalui adalah jalan berpasir dan sangat rentan untuk longsor, di daerah ini juga kadang-kadang terjadi badai gunung dan bahayanya menjadi berlipat jika badai gunung datang, oleh karena itu disarankan pula mendaki daerah ini pada saat pagi hari. Dengan dilaluinya daerah pelawangan ini maka pendaki akan menemukan dataran yang tidak begitu besar dan disana tidak ada lagi daerah yang lebih tinggi atau dengan kata lain pendaki telah sampai ke puncak slamet. Sebuah perasaan bangga sekaligus haru ketika penulis berada di puncak tertinggi di Jawa Tengah selama sekitar 15 menit. Sebuah pemandangan yang sulit dibayangkan terbentang disekeliling pandangan mata penulis. Mulai dari bibir kawah yang masih sangat aktif sampai puncak Gunung Suumbing yang letaknya sekitar 100 km arah timur Gunung Slamet terlihat dengan jelas dan betapa indahnya ciptaan Tuhan. Dan satu hikmah yang penulis dapatkan bahwa ternyata manusia sangat kecil dihadapan Yang Maha Kuasa.

\

Tidak ada komentar:

Posting Komentar